Rabu, 23 November 2016

Penerapan Demokrasi di SMA Negeri 3 Boyolali

        
Hello guys, pada postingan kita kali ini saya akan membahas tentang penerapan perilaku demokrasi di SMA Negeri 3 Boyolali. Sebelum itu, perkenankan saya membahas apa itu yang namanya demokrasi. Menurut LKS PKn halaman 26 kelas XI semester 1 yang saya beli, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu demos dan cratos atau cratein. Demos memiliki makna rakyat atau penduduk, sedangkan cratos atau cratein bermakna kedaulatan atau kekuasaan. Dengan demikian, secara harfiah, demokrasi mengandung makna kedaulatan rakyat atau kedaulatan penduduk.
           Di SMA Negeri 3 Boyolali menganut demokrasi Pancasila yaitu menurut rohmatullahh.blogspot.co.id, demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang pelaksanaannya mengutamakan asas musyawarah mufakat untuk kepentingan bersama (seluruh rakyat) yang bersumber pada kepribadian dan juga falsafah hidup bangsa Indonesia. Nah, sebenarnya ada banyak contoh penerapan demokrasi di SMA Negeri 3 Boyolali tapi untuk menghemat waktu dan juga uang (maklum guys ngepostnya di warnet) saya tampilkan beberapa cuplikan-cuplikannya saja.
            1.  Pemilu OSIS SMAGA
                      Pemilu OSIS SMAGA diselenggarakan pada Rabu, 7 September 2016 yang lalu, dalam 
                 Pemilu ini semua siswa SMA Negeri 3 Boyolali memilih lalu mencoblos jagoan-jagoannya
                 masing-masing walaupun ada juga yang golput sih, oh maaf maksud saya ada siswa yang
                 gak masuk pada waktu pemilu. Dengan adanya Pemilu OSIS SMAGA menunjukkan bahwa
                 SMA Negeri 3 Boyolali  menjalankan salah satu prinsip-prinsip demokrasi Pancasila yaitu
                 Pemilu yang demokratis.
            2.  Pembagian tugas piket
                       Dalam pembagian tugas piket, tentu sebelumnya kita sudah bermusyawarah dalam
                 menentukan pembagian kelas bukan ?. Dari kegiatan tersebut kita sudah menjalankan 
                 salah satu prinsip-prinsip demokrasi Pancasila yaitu pengambilan keputusan atas
                 musyawarah. Khusus di kelas saya ada sebuah peraturan yang berbunyi bahwa " siapa
                 yang tidak melaksanakan tugas piket akan didenda sebesar Rp. 5000 " Wow Amazing, ya
                 peraturan ini sudah disepakati satu kelas dengan wali kelas saya. Mungkin diantara
                 kalian pasti tahu siapa wali kelas saya.
Cukup sekian postingan yang dapat saya tuliskan bila ada tulisan-tulisan yang salah saya mohon maaf.
Semoga postingan ini bermanfaat.

SEJARAH BOYOLALI



         Boyolali merupakan salah satu nama kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Daerah ini termasuk daerah yang strategis karena wilayahnya dilalui oleh jalan negara yang menghubungkan Kota Solo dengan Semarang.
        Asal mula nama Boyolali tidak lepas dari kisah perjalanan Kyai Ageng Pandan Arang menuju ke Tembayat untuk melakukan syiar Islam.
        Alkisah, Kyai Ageng Pandan Arang atau Tumenggung Notoprojo adalah seorang bekas bupati di Semarang. Menurut ramalan Sunan Kalijaga, Kyai Ageng Pandan Arang nantinya akan menjadi Wali Penutup menggantikan kedudukan Syech Siti Jenar. “Wisikipun Sunan Kalijaga sampun priksa yen Kyai Ageng Pandan Arang punika ing tembe dados tiyang mukmin saged dados Wali Penutup anggentosi Syech Siti Jenar”.
          Pada suatu ketika, Kyai Ageng Pandan Arang pergi ke Jabalkat di Tembayat bersama isterinya, Nyai Ageng Kaliwungu atau Nyai Ageng Karakitan, beserta puteranya yang bernama Pangeran Jiwo. Di dalam perjalanan tersebut usai dirampok di daerah yang sekarang dinamakan Salatiga, Nyai Ageng tertinggal jauh di belakang. Maka ucapnya, “Baya wis lali, Kyai teko ninggal aku”. Sumber lain menyebutkan, “Baya lan mami, adarbe garwa maring sun”. Tempat berkata Nyai Ageng tersebut sampai sekarang disebut Boyolali.
         Tentang nama Boyolali, MS. Hanjoyo dalam Berita Buana (1976) menulis: Kira-kira 25 Km dari Salatiga, dalam perjalanannya, Kyai Ageng Pandan Arang duduk di atas batu besar sambil menanti isteri dan anak-anaknya yang masih jauh di belakang. Setelah lama dinanti tidak juga datang, Kyai Ageng Pandan Arang berkata, “ Baya wis lali wong iki”.  Tempat itu kemudian disebut Boyolali. Letak batu besar tersebut sekarang di belakang Gedung Sana Sudara Boyolali. Karena dinanti lama tidak juga datang, maka Kyai Ageng melanjutkan perjalanan. Ketika Nyai Ageng sampai di tempat Kyai Ageng beristirahat tersebut, dilihatnya Kyai Ageng Pandan Arang sudah tidak ada. Nyai Ageng berkata, “Kyai, baya wis lali aku, teko ninggal bae”.
         Jelas berdasarkan ceritera Kyai Ageng Pandan Arang dalam Babad Tanah Jawi, nama Boyolali berasal dari kata “boya lali” atau “baya lali”.
Menurut Kamus Jawa – Belanda (JFC Geriecke en T. Roorda, 1901), “boyolali” disebut “boyowangsul” atau “bwangsul”. Kata ini menunjukkan nama sejenis pohon, yaitu Aglaia Lourn, suku Meliaceae, yang mungkin sejenis pohon apel Jawa.
         Nama “boyolali” dalam Serat Angger-Anggeran Nagari atau Angger Gunung dalam bab 40 disebutkan Bayawangsul. Serat Angger-Anggeran Nagari itu merupakan Surat Keputusan Bersama antara Patih Raden Adipati Sasradiningrat di Surakarta dan Patih Raden Adipati Danurejo di Yogyakarta tahun 1840.
        Dari pernyataan di atas jelas bahwa “boyolali” sama dengan “boyowangsul” atau “bwangsul”. Boyolali, apabila kita jadikan bahasa Jawa Krama, mestinya menjadi “bajulkesupen” atau “boyosupe” dan bukan “boyowangsul” atau “bwangsul”. Geriecke en Roorda, selanjutnya menjelaskan, dalam bahasa Jawa terdapat kata: wali dapat berubah menjadi bali atau mali, artinya wangsul atau bangsul. Maleni = mbaleni = mangsuli. Contoh lain: ora wali-wali = ora bali-bali, ora pisan-pisan, babar pisan; walik identik dengan balik; diwalik = dibalik, dibangsul atau diwangsul; ping wola-wali = ping bola-bali. Kemudian kata “lali” = supe, kesupen; kelalen = kesupen; boya lali = ora lali, boten kesupen, artinya eling = ingat, tidak lupa. Boyo lali = tidak lupa, ingat; sedang baya lali = apa lali? Juga dapat berarti ingat. Pertanyaan “Apa lali?”, jawabnya “Ora lali”, tidak lupa, sama dengan ingat. Jadi perkataan “boya lali” searti dengan “baya lali”, bwangsul. Gejala Boyolali menjadi Bayawangsul atau Bajulkesupen merupakan gejala hypercorrect, yaitu hal yang sudah benar masih dibenarkan lagi, akibatnya malah salah. Gejala ini banyak terdapat di dalam bahasa Jawa Krama, yaitu Krama Desa. Tujuannya untuk lebih menghormati orang yang diajak bicara. Contoh lain: Gedangan menjadi Pisangan; Surabaya = Surabanggi; Jambangan = Jambetan; Kedelai = Kedhangsul; Karanganyar = Kawisenggal; Masaran = Mekenan; Ketiga = Ketigen; Jaran = Kepel, dan sebagainya.
           Berdasarkan uraian di atas, akhirnya sejauh ini nama Boyolali bersumber pada ceritera rakyat tentang Kyai Ageng Pandan Arang. 

10 Fakta XI IPA 6



Apakah kalian sudah tau kita kali ini mau bahas apa ?? Yaapp tull sekali, kita mau bahas 10 Fakta tentang kelas XI IPA 6. Nahh, aku ni termasik anak XI IPA 6 lhooo di SMAN 3 BOYOLALI. Wakwaww.. Kalian pasti pengen tau kan apa aha fakta faktanya, yukss ikutin terus..:):)
10 Fakta XI IPA 6 : 
 1. Wali kelas kita bu Evi Rokhayati S.Pd yang sekaligus guru TIK kita juga.. Kalian tau ?? Wali kita ini cantik banget, gue juga kali yaa..
 2. Anak cowoknya ada 14, ceweknya 18, jadi satu kelas ada 32. Bisa bayangin kalo jam kosong ramenya kaya apa... (kayak pasarr)
 3. Kalo pelajaran bahasa indonesia, pada seneng banget nonton film. Apalagi filmnya yang cinta cintaan gitu.. Duhhh anak jaman sekarang yaa.
 4. Tapi ya walaupun kelasnya ni rame.. Tapi aduhhh akademiknya coyyy.. Pada pinter pinter semua ini, tapi sainganya pake cara yang sehat.
 5. Nihh kalo Olahraga pada gak suka kalo disuruh lari. Soalnya nih gengss, lari itu capekk. Ngos ngosan lagi, aduhhh kebayang deh habis lari mukanya kaya apa..
 6. Nahh disini ni di kelas xi ipa 6 ada ank provokatif. Contohnya ni yaa, kalo ditinggal guru dikasih tugas trus di suruh kumpulin, yang lain pada sibuk ngerjain anak provokatif datang "waa, iki tigas e tumpuk sesok wae yaa", waa anak yang laen pasti girang dong, jadi gak pada ngerjain lagi. Malah pada asyiik ngegame, nonton film lah, rumpi.. Duhhhh. Emang dasar yaa, tapi kalo dimarahin ya semuanya tangging resiko. Kalian pasti pernah ngalamin kan ?? Sama.
 7. Paling susah kalo di tarikin kas. Kas'nya kan kalo di kelas ku seminggu sekali cuma 5000, dan 5000 itu modal buat study kampus. Nihh yang 2000 buat kas yang 3000 buat nabung study kampus, suruh bayar aja gak mau. Sampai pada numpuk, yaa sukurin kalo itu maa...
 8. Juara 2 Kebersihan kelas. Tapi ya itu juara cuma bertahan 1 hari pas penilaian doang.. Hahaha... Pas udah penilaian pada buang sampah di laci lah, pada gak mau piket lah, ahhh semuanya ada... Tapi yang ada di kita itu adalah kompak.
 9. Karakter anaknya ni beda beda. Ada yang sensitif, ngantukan, pendiem, kalo di panggil dengernya lama, jail, lucu, gokil, ngeselin, galak, kalo pelajaran tidur, iseng, serius, over, ada yang gemuk, kurus, tinggi, pendek, ada yang berjilbab ada yang engga, ada yang putih, ada yang hitam, ada yang punya genda'an, pacar, ada juga yang masih mblo jomblo. Tapi walaupun berbeda kita tetap satu, seperti negara kita bhineka tunggal ika.
 10. Fakta yang terakhir, xi ipa 6 ini punya kaos identitas. Yaakkkhhh, dan kita pernah buat mannequin challenge lhooo.. Kalo mau nonton nihh lihat di ig @ndhikawahyu, keren. Nyesel deh kalo gak nonton.